Artikel


ZAKAT

A.     Pengertian Zakat
Zakat adalah sedekah yang wajib dikeluarkan umat Islam menjelang akhir bulan Ramadhan, sebagai pelengkap ibadah puasa. Zakat merupakan salah satu rukun ketiga dari Rukun Islam. Pengertian zakat secara harfiah zakat berarti "tumbuh", "berkembang", "menyucikan", atau "membersihkan". Sedangkan secara terminologi syari'ah, zakat merujuk pada aktivitas memberikan sebagian kekayaan dalam jumlah dan perhitungan tertentu untuk orang-orang tertentu sebagaimana ditentukan.

B.     Sejarah Zakat
Setiap umat Muslim berkewajiban untuk memberikan sedekah dari rezeki yang dikaruniakan Allah. Kewajiban ini tertulis di dalam Al-Qur’an. Pada awalnya, Al-Qur’an hanya memerintahkan untuk memberikan sedekah (pemberian yang sifatnya bebas, tidak wajib). Namun, pada kemudian hari, umat Islam diperintahkan untuk membayar zakat. Zakat menjadi wajib hukumnya sejak tahun 662 M. Nabi Muhammad melembagakan perintah zakat ini dengan menetapkan pajak bertingkat bagi mereka yang kaya untuk meringankan beban kehidupan mereka yang miskin.
Sejak saat ini, zakat diterapkan dalam negara-negara Islam. Hal ini menunjukan bahwa pada kemudian hari ada pengaturan pemberian zakat, khususnya mengenai jumlah zakat tersebut.
Pada zaman khalifah, zakat dikumpulkan oleh pegawai sipil dan didistribusikan kepada kelompok tertentu dari masyarakat. Kelompok itu adalah orang miskin, janda, budak yang ingin membeli kebebasan mereka, orang yang terlilit hutang dan tidak mampu membayar.[3]. Syari’ah mengatur dengan lebih detail mengenai zakat dan bagaimana zakat itu harus dibayarkan. Kejatuhan para kalifah dan negara-negara Islam menyebabkan zakat tidak dapat diselenggarakan dengan berdasarkan hukum lagi

C.     Hukum Zakat
Zakat merupakan salah satu[rukun Islam], dan menjadi salah satu unsur pokok bagi tegaknya (syariat Islam). Oleh sebab itu hukum zakat adalah wajib (fardhu) atas setiap muslim yang telah memenuhi syarat-syarat tertentu. Zakat termasuk dalam kategori ibadah, seperti:salat,haji,dan puasa yang telah diatur secara rinci dan paten berdasarkan Al-Qur'an dan As Sunnah,sekaligus merupakan amal sosial kemasyarakatan dan kemanusiaan yang dapat berkembang sesuai dengan perkembangan ummat manusia.
a.       Zakat merupakan salah satu rukun Islam yang lima
Apabila sudah habis bulan-bulan Haram itu, Maka bunuhlah orang-orang musyrikin itu dimana saja kamu jumpai mereka, dan tangkaplah mereka. Kepunglah mereka dan intailah ditempat pengintaian. jika mereka bertaubat dan mendirikan sholat dan menunaikan zakat, Maka berilah kebebasan kepada mereka untuk berjalan. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Mereka menukarkan ayat-ayat Allah dengan harga yang sedikit, lalu mereka menghalangi (manusia) dari jalan Allah. Sesungguhnya Amat buruklah apa yang mereka kerjakan itu. (QS. At Taubah (9): 5 dan 9).
b.      Ancaman bagi yang tidak berzakat mendapat hukuman di dunia:
“Golongan yang tidak mengeluarkan zakat akan ditimpa kelaparan dan kemarau panjang” (Hadits Tabrani).
“Bila zakat itu bercampur dengan kekayaan lain maka kekayaan itu akan binasa” (Hadits Bazzar).
c.       Ancaman hukuman di akhirat:
“Siapa yang dikaruniai oleh Allah kekayaan tetapi tidak mengeluarkan zakatnya, maka pada hari kiamat nanti akan didatangi ular jantan gundul yang sangat berbisa dan menakutkan dengan dua bintik di atas matanya. Lalu melilit dan mematuklehernya sambil berteriak, “saya adalah kekayaanmu yang engkau timbun-timbun dulu”. Kemudian Nabi membaca SuratAli Imran ayat 183”.
d.      Hukuman bagi orang yang tidak membayar zakat diperangi:
Hadits Riwayat Bukhori-Muslim, diceritakan bahwa Rasulullah Saw bersabda: “Saya diinstruksikan untuk memerangi mereka, kecuali mereka sudah mengikrarkan syahadat bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah Rasul-Nya, mendirikan sholat, membayar zakat. Bila mereka sudah melaksanakan hal itu maka darah mereka sudah memperoleh perlindungan dari saya, kecuali oleh karena hak-hak Islam lain, yang dalam hal ini perhitungannya diserahkan kepada Allah”.

D.    Macam-macam zakat
Zakat terbagi atas dua tipe yakni:
  1. Zakat Fitrah
Zakat yang wajib dikeluarkan muslim menjelang Idul Fitri pada bulan Ramadhan. Besar Zakat ini setara dengan 2,5 kilogram makanan pokok yang ada di daerah bersangkutan.
  1. Zakat Maal (Harta)
Mencakup hasil perniagaan, pertanian, pertambangan, hasil laut, hasil ternak, harta temuan, emas dan perak. Masing-masing tipe memiliki perhitungannya sendiri-sendiri.


E.     Yang berhak menerima zakat
  1. Fakir - Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok hidup.
  2. Miskin - Mereka yang memiliki harta namun tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasar untuk hidup.
  3. Amil - Mereka yang mengumpulkan dan membagikan zakat.
  4. Muallaf - Mereka yang baru masuk Islam dan membutuhkan bantuan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan barunya
  5. Hamba Sahaya yang ingin memerdekakan dirinya
  6. Gharimin - Mereka yang berhutang untuk kebutuhan yang halal dan tidak sanggup untuk memenuhinya
  7. Fisabilillah - Mereka yang berjuang di jalan Allah (misal: dakwah, perang dsb)
  8. Ibnus Sabil - Mereka yang kehabisan biaya di perjalanan.

F.      Faidah Zakat

a.       Faedah Diniyah (segi agama)

1.      Dengan berzakat berarti telah menjalankan salah satu dari Rukun Islam yang mengantarkan seorang hamba kepada kebahagiaan dan keselamatan dunia dan akhirat.
2.      Merupakan sarana bagi hamba untuk taqarrub (mendekatkan diri) kepada Rabb-nya, akan menambah keimanan karena keberadaannya yang memuat beberapa macam ketaatan.
3.      Pembayar zakat akan mendapatkan pahala besar yang berlipat ganda, sebagaimana firman Allah, yang artinya: "Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah" (QS: Al Baqarah: 276). Dalam sebuah hadits yang muttafaq "alaih Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam" juga menjelaskan bahwa sedekah dari harta yang baik akan ditumbuhkan kembangkan oleh Allah berlipat ganda.
4.      Zakat merupakan sarana penghapus dosa, seperti yang pernah disabdakan Rasulullah Muhammad SAW.

b.      Faedah Khuluqiyah (Segi Akhlak)

1.      Menanamkan sifat kemuliaan, rasa toleran dan kelapangan dada kepada pribadi pembayar zakat.
2.      Pembayar zakat biasanya identik dengan sifat rahmah (belas kasih) dan lembut kepada saudaranya yang tidak punya.
3.      Merupakan realita bahwa menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat baik berupa harta maupun raga bagi kaum Muslimin akan melapangkan dada dan meluaskan jiwa. Sebab sudah pasti ia akan menjadi orang yang dicintai dan dihormati sesuai tingkat pengorbanannya.
4.      Di dalam zakat terdapat penyucian terhadap akhlak.

c.       Faedah Ijtimaiyyah (Segi Sosial Kemasyarakatan)

1.      Zakat merupakan sarana untuk membantu dalam memenuhi hajat hidup para fakir miskin yang merupakan kelompok mayoritas sebagian besar negara di dunia.
2.      Memberikan dukungan kekuatan bagi kaum Muslimin dan mengangkat eksistensi mereka. Ini bisa dilihat dalam kelompok penerima zakat, salah satunya adalah mujahidin fi sabilillah.
3.      Zakat bisa mengurangi kecemburuan sosial, dendam dan rasa dongkol yang ada dalam dada fakir miskin. Karena masyarakat bawah biasanya jika melihat mereka yang berkelas ekonomi tinggi menghambur-hamburkan harta untuk sesuatu yang tidak bermanfaaat bisa tersulut rasa benci dan permusuhan mereka. Jikalau harta yang demikian melimpah itu dimanfaatkan untuk mengentaskan kemiskinan tentu akan terjalin keharmonisan dan cinta kasih antara si kaya dan si miskin.
4.      Zakat akan memacu pertumbuhan ekonomi pelakunya dan yang jelas berkahnya akan melimpah.
5.      Membayar zakat berarti memperluas peredaran harta benda atau uang, karena ketika harta dibelanjakan maka perputarannya akan meluas dan lebih banyak pihak yang mengambil manfaat.

G.    Yang tidak berhak menerima zakat
  1. Orang kaya. Rasulullah bersabda, "Tidak halal mengambil sedekah (zakat) bagi orang yang kaya dan orang yang mempunyai kekuatan tenaga." (HR Bukhari).
  2. Hamba sahaya, karena masih mendapat nafkah atau tanggungan dari tuannya.
  3. Keturunan Rasulullah. Rasulullah bersabda, "Sesungguhnya tidak halal bagi kami (ahlul bait) mengambil sedekah (zakat)." (HR Muslim).
  4. Orang yang dalam tanggungan yang berzakat, misalnya anak dan istri.
  5. Orang kafir.

H.    Hikmah Zakat
  1. Mengurangi kesenjangan sosial antara mereka yang berada dengan mereka yang miskin.
  2. Pilar amal jama'i antara mereka yang berada dengan para mujahid dan da'i yang berjuang dan berda'wah dalam rangka meninggikan kalimat Allah SWT.
  3. Membersihkan dan mengikis akhlak yang buruk
  4. Alat pembersih harta dan penjagaan dari ketamakan orang jahat.
  5. Ungkapan rasa syukur atas nikmat yang Allah SWT berikan
  6. Untuk pengembangan potensi ummat
  7. Dukungan moral kepada orang yang baru masuk Islam
  8. Menambah pendapatan negara untuk proyek-proyek yang berguna bagi ummat.


DAFTAR PUSTAKA


Smith, Huston.2001.Agama-agama Manusia. Jakarta: OBOR.
Heyneman, Stephen P., 2004.Islam and Social Policy. Nashville: Vanderbilt University Press.
Gibb, H. A. R., 1957.Mohammedanism.London: Oxford University Press.
Pass Steven.2006.Beliefs and Practices of Muslims. Jakarta: GMP.












MOTIVASI DALAM PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

A.     Pengertian Motivasi
Motivasi adalah sebuah alasan atau dorongan seseorang untuk bertindak. Orang yang tidak mau bertindak sering kali disebut tidak memiliki motivasi. Alasan atau dorongan itu bisa datang dari luar maupun dari dalam diri. Sebenarnya pada dasarnya semua motivasi itu datang dari dalam diri, faktor luar hanyalah pemicu munculnya motivasi tersebut. Motivasi dari luar adalah motivasi yang pemicunya datang dari luar diri kita. Sementara motivasi dari dalam ialah motivasinya muncul dari inisiatif diri kita.
Pada dasarnya motivasi itu hanya dua, yaitu untuk meraih kenikmatan atau menghindari dari rasa sakit atau kesulitan. Uang bisa menjadi motivasi kenikmatan maupun motivasi menghindari rasa sakit. Jika kita memikirkan uang supaya kita tidak hidup sengsara, maka disini alasan seseorang mencari uang untuk menghindari rasa sakit. Sebaliknya ada orang yang mengejar uang karena ingin menikmati hidup, maka uang sebagai alasan seseorang untuk meraih kenikmatan.[1]

B.     Teori Tentang Motivasi

Banyak orang yang mencoba menjelaskan bagaimana semua motivasi bekerja berikut adalah beberapa diantaranya:
1.      Teori Abraham H. Maslow (Teori Kebutuhan)
Teori motivasi yang dikembangkan oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex; (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual; (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs); (4) kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.[2]
Menarik pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan, bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa aman, demikian pula seterusnya.[3]
Berangkat dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan bahwa :
·         Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;
·         Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
·         Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun telah memberikan fundasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya yang lebih bersifat aplikatif.[4]
2.      Teori McClelland (Teori Kebutuhan Berprestasi)
Dari McClelland dikenal tentang teori kebutuhan untuk mencapai prestasi atau Need for Acievement (N.Ach) yang menyatakan bahwa motivasi berbeda-beda, sesuai dengan kekuatan kebutuhan seseorang akan prestasi. Murray sebagaimana dikutip oleh Winardi merumuskan kebutuhan akan prestasi tersebut sebagai keinginan :“ Melaksanakan sesuatu tugas atau pekerjaan yang sulit. Menguasai, memanipulasi, atau mengorganisasi obyek-obyek fisik, manusia, atau ide-ide melaksanakan hal-hal tersebut secepat mungkin dan seindependen mungkin, sesuai kondisi yang berlaku. Mengatasi kendala-kendala, mencapai standar tinggi. Mencapai performa puncak untuk diri sendiri. Mampu menang dalam persaingan dengan pihak lain. Meningkatkan kemampuan diri melalui penerapan bakat secara berhasil.”
Menurut McClelland karakteristik orang yang berprestasi tinggi (high achievers) memiliki tiga ciri umum yaitu : (1) sebuah preferensi untuk mengerjakan tugas-tugas dengan derajat kesulitan moderat; (2) menyukai situasi-situasi di mana kinerja mereka timbul karena upaya-upaya mereka sendiri, dan bukan karena faktor-faktor lain, seperti kemujuran misalnya; dan (3) menginginkan umpan balik tentang keberhasilan dan kegagalan mereka, dibandingkan dengan mereka yang berprestasi rendah.[5]
3.      Teori Clyton Alderfer (Teori “ERG)
Teori Alderfer dikenal dengan akronim “ERG” . Akronim “ERG” dalam teori Alderfer merupakan huruf-huruf pertama dari tiga istilah yaitu : E = Existence (kebutuhan akan eksistensi), R = Relatedness (kebutuhanuntuk berhubungan dengan pihak lain, dan G = Growth (kebutuhan akan pertumbuhan)
Jika makna tiga istilah tersebut didalami akan tampak dua hal penting. Pertama, secara konseptual terdapat persamaan antara teori atau model yang dikembangkan oleh Maslow dan Alderfer. Karena “Existence” dapat dikatakan identik dengan hierarki pertama dan kedua dalam teori Maslow; “ Relatedness” senada dengan hierarki kebutuhan ketiga dan keempat menurut konsep Maslow dan “Growth” mengandung makna sama dengan “self actualization” menurut Maslow. Kedua, teori Alderfer menekankan bahwa berbagai jenis kebutuhan manusia itu diusahakan pemuasannya secara serentak. Apabila teori Alderfer disimak lebih lanjut akan tampak bahwa :
·         Makin tidak terpenuhinya suatu kebutuhan tertentu, makin besar pula keinginan untuk memuaskannya;
·         Kuatnya keinginan memuaskan kebutuhan yang “lebih tinggi” semakin besar apabila kebutuhan yang lebih rendah telah dipuaskan;
·         Sebaliknya, semakin sulit memuaskan kebutuhan yang tingkatnya lebih tinggi, semakin besar keinginan untuk memuasakan kebutuhan yang lebih mendasar.
Tampaknya pandangan ini didasarkan kepada sifat pragmatisme oleh manusia. Artinya, karena menyadari keterbatasannya, seseorang dapat menyesuaikan diri pada kondisi obyektif yang dihadapinya dengan antara lain memusatkan perhatiannya kepada hal-hal yang mungkin dicapainya.
4.      Teori Herzberg (Teori Dua Faktor)
Ilmuwan ketiga yang diakui telah memberikan kontribusi penting dalam pemahaman motivasi Herzberg. Teori yang dikembangkannya dikenal dengan “ Model Dua Faktor” dari motivasi, yaitu faktor motivasional dan faktor hygiene atau “pemeliharaan”.[6]
Menurut teori ini yang dimaksud faktor motivasional adalah hal-hal yang mendorong berprestasi yang sifatnya intrinsik, yang berarti bersumber dalam diri seseorang, sedangkan yang dimaksud dengan faktor hygiene atau pemeliharaan adalah faktor-faktor yang sifatnya ekstrinsik yang berarti bersumber dari luar diri yang turut menentukan perilaku seseorang dalam kehidupan seseorang.[7]
Menurut Herzberg, yang tergolong sebagai faktor motivasional antara lain ialah pekerjaan seseorang, keberhasilan yang diraih, kesempatan bertumbuh, kemajuan dalam karier dan pengakuan orang lain. Sedangkan faktor-faktor hygiene atau pemeliharaan mencakup antara lain status seseorang dalam organisasi, hubungan seorang individu dengan atasannya, hubungan seseorang dengan rekan-rekan sekerjanya, teknik penyeliaan yang diterapkan oleh para penyelia, kebijakan organisasi, sistem administrasi dalam organisasi, kondisi kerja dan sistem imbalan yang berlaku.
Salah satu tantangan dalam memahami dan menerapkan teori Herzberg ialah memperhitungkan dengan tepat faktor mana yang lebih berpengaruh kuat dalam kehidupan seseorang, apakah yang bersifat intrinsik ataukah yang bersifat ekstrinsik[8]
5.      Teori Keadilan
Inti teori ini terletak pada pandangan bahwa manusia terdorong untuk menghilangkan kesenjangan antara usaha yang dibuat bagi kepentingan organisasi dengan imbalan yang diterima. Artinya, apabila seorang pegawai mempunyai persepsi bahwa imbalan yang diterimanya tidak memadai, dua kemungkinan dapat terjadi, yaitu :
·         Seorang akan berusaha memperoleh imbalan yang lebih besar, atau
·         Mengurangi intensitas usaha yang dibuat dalam melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya.
Dalam menumbuhkan persepsi tertentu, seorang pegawai biasanya menggunakan empat hal sebagai pembanding, yaitu :
·         Harapannya tentang jumlah imbalan yang dianggapnya layak diterima berdasarkan kualifikasi pribadi, seperti pendidikan, keterampilan, sifat pekerjaan dan pengalamannya;
·         Imbalan yang diterima oleh orang lain dalam organisasi yang kualifikasi dan sifat pekerjaannnya relatif sama dengan yang bersangkutan sendiri;
·         Imbalan yang diterima oleh pegawai lain di organisasi lain di kawasan yang sama serta melakukan kegiatan sejenis
·         Peraturan perundang-undangan yang berlaku mengenai jumlah dan jenis imbalan yang merupakan hak para pegawai
Pemeliharaan hubungan dengan pegawai dalam kaitan ini berarti bahwa para pejabat dan petugas di bagian kepegawaian harus selalu waspada jangan sampai persepsi ketidakadilan timbul, apalagi meluas di kalangan para pegawai. Apabila sampai terjadi maka akan timbul berbagai dampak negatif bagi organisasi, seperti ketidakpuasan, tingkat kemangkiran yang tinggi, sering terjadinya kecelakaan dalam penyelesaian tugas, seringnya para pegawai berbuat kesalahan dalam melaksanakan pekerjaan masing-masing, pemogokan atau bahkan perpindahan pegawai ke organisasi lain.[9]
6.      Teori penetapan tujuan (goal setting theory)
Edwin Locke mengemukakan bahwa dalam penetapan tujuan memiliki empat macam mekanisme motivasional yakni : (a) tujuan-tujuan mengarahkan perhatian; (b) tujuan-tujuan mengatur upaya; (c) tujuan-tujuan meningkatkan persistensi; dan (d) tujuan-tujuan menunjang strategi-strategi dan rencana-rencana kegiatan. Bagan berikut ini menyajikan tentang model instruktif tentang penetapan tujuan.
7.      Teori Victor H. Vroom (Teori Harapan )
Victor H. Vroom, dalam bukunya yang berjudul “Work And Motivation” mengetengahkan suatu teori yang disebutnya sebagai “ Teori Harapan”. Menurut teori ini, motivasi merupakan akibat suatu hasil dari yang ingin dicapai oleh seorang dan perkiraan yang bersangkutan bahwa tindakannya akan mengarah kepada hasil yang diinginkannya itu. Artinya, apabila seseorang sangat menginginkan sesuatu, dan jalan tampaknya terbuka untuk memperolehnya, yang bersangkutan akan berupaya mendapatkannya.
Dinyatakan dengan cara yang sangat sederhana, teori harapan berkata bahwa jika seseorang menginginkan sesuatu dan harapan untuk memperoleh sesuatu itu cukup besar, yang bersangkutan akan sangat terdorong untuk memperoleh hal yang diinginkannya itu. Sebaliknya, jika harapan memperoleh hal yang diinginkannya itu tipis, motivasinya untuk berupaya akan menjadi rendah.[10]
Di kalangan ilmuwan dan para praktisi manajemen sumber daya manusia teori harapan ini mempunyai daya tarik tersendiri karena penekanan tentang pentingnya bagian kepegawaian membantu para pegawai dalam menentukan hal-hal yang diinginkannya serta menunjukkan cara-cara yang paling tepat untuk mewujudkan keinginannnya itu. Penekanan ini dianggap penting karena pengalaman menunjukkan bahwa para pegawai tidak selalu mengetahui secara pasti apa yang diinginkannya, apalagi cara untuk memperolehnya.[11]
8.      Teori Penguatan dan Modifikasi Perilaku
Berbagai teori atau model motivasi yang telah dibahas di muka dapat digolongkan sebagai model kognitif motivasi karena didasarkan pada kebutuhan seseorang berdasarkan persepsi orang yang bersangkutan berarti sifatnya sangat subyektif. Perilakunya pun ditentukan oleh persepsi tersebut.
Padahal dalam kehidupan organisasional disadari dan diakui bahwa kehendak seseorang ditentukan pula oleh berbagai konsekwensi ekstrernal dari perilaku dan tindakannya. Artinya, dari berbagai faktor di luar diri seseorang turut berperan sebagai penentu dan pengubah perilaku.
Dalam hal ini berlakulah apaya yang dikenal dengan “hukum pengaruh” yang menyatakan bahwa manusia cenderung untuk mengulangi perilaku yang mempunyai konsekwensi yang menguntungkan dirinya dan mengelakkan perilaku yang mengibatkan perilaku yang mengakibatkan timbulnya konsekwensi yang merugikan.
Contoh yang sangat sederhana ialah seorang juru tik yang mampu menyelesaikan tugasnya dengan baik dalam waktu singkat. Juru tik tersebut mendapat pujian dari atasannya. Pujian tersebut berakibat pada kenaikan gaji yang dipercepat. Karena juru tik tersebut menyenangi konsekwensi perilakunya itu, ia lalu terdorong bukan hanya bekerja lebih tekun dan lebih teliti, akan tetapi bahkan berusaha meningkatkan keterampilannya, misalnya dengan belajar menggunakan komputer sehingga kemampuannya semakin bertambah, yang pada gilirannya diharapkan mempunyai konsekwensi positif lagi di kemudian hari.[12]
Contoh sebaliknya ialah seorang pegawai yang datang terlambat berulangkali mendapat teguran dari atasannya, mungkin disertai ancaman akan dikenakan sanksi indisipliner.
Teguran dan kemungkinan dikenakan sanksi sebagi konsekwensi negatif perilaku pegawai tersebut berakibat pada modifikasi perilakunya, yaitu datang tepat pada waktunya di tempat tugas.
Penting untuk diperhatikan bahwa agar cara-cara yang digunakan untuk modifikasi perilaku tetap memperhitungkan harkat dan martabat manusia yang harus selalu diakui dan dihormati, cara-cara tersebut ditempuh dengan “gaya” yang manusiawi pula.[13]

9.      Teori Kaitan Imbalan dengan Prestasi.
Bertitik tolak dari pandangan bahwa tidak ada satu model motivasi yang sempurna, dalam arti masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan, para ilmuwan terus menerus berusaha mencari dan menemukan sistem motivasi yang terbaik, dalam arti menggabung berbagai kelebihan model-model tersebut menjadi satu model.
Tampaknya terdapat kesepakan di kalangan para pakar bahwa model tersebut ialah apa yang tercakup dalam teori yang mengaitkan imbalan dengan prestasi seseorang individu .
Menurut model ini, motivasi seorang individu sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang bersifat internal maupun eksternal. Termasuk pada faktor internal adalah : (a) persepsi seseorang mengenai diri sendiri; (b) harga diri; (c) harapan pribadi; (d) kebutuhan; (e) keinginan; (f) kepuasan kerja; (g) prestasi kerja yang dihasilkan.
Sedangkan faktor eksternal mempengaruhi motivasi seseorang, antara lain ialah : (a) jenis dan sifat pekerjaan; (b) kelompok kerja dimana seseorang bergabung; (c) organisasi tempat bekerja; (d) situasi lingkungan pada umumnya; (e) sistem imbalan yang berlaku dan cara penerapannya.[14]

C.     Faktor-faktor yang meningkatkan motivasi

1.      Pertama, motivasi belajar berasal dari faktor internal. Motivasi ini terbentuk karena kesadaran diri atas pemahaman betapa pentingnya belajar untuk mengembangkan dirinya dan bekal untuk menjalani kehidupan.
2.      Kedua, motivasi belajar dari faktor eksternal, yaitu dapat berupa rangsangan dari orang lain, atau lingkungan sekitarnya yang dapat memengaruhi psikologis orang yang bersangkutan.

D.     Model pendidikan yang meningkatkan motivasi

  1. Memberi Angka
Angka dimaksud adalah sebagai simbol atau nilai dari hasil aktivitas belajar anak didik. Angka atau nilai yang baik mempunyai potensi yang besar untuk memberikan motivasi kepada anak didik lainnya. Namun, guru harus menyadari bahwa angka/nilai bukanlah merupakan hasil belajar yang sejati, hasil belajar yang bermakna, karena hasil belajar seperti itu lebih menyentuh aspek kognitif.
Bisa saja nilai itu bertentangan dengan efektif anak didik. Untuk itu guru perlu memberikan angka/nilai yang menyentuh aspek efektif dan keterampilan yang diperlihatkan anak didik dalam pergaulan/kehidupan sehari-hari. Penilaian harus juga diarahkan kepada aspek kepribadian anak didik dengan cara mengamati kehidupan anak didik di sekolah, tidak hanya semata-mata berpedoman pada hasil ulangan di kelas, baik dalam bentuk formatif atau sumatif.
  1. Hadiah
Hadiah adalah memberikan sesuatu kepada orang lain sebagai penghargaan atau kenang-kenangan. Dalam dunia pendidikan, hadiah bisa dijadikan sebagai alat motivasi.
Hadiah dapat diberikan kepada anak didik yang berprestasi, rangking satu, dua tau tiga dari anak didik lainnya. Dalam pendidikan modern, anak didik yang berprestasi tinggi memperoleh predikat sebagai anak didik teladan dan untuk perguruan tinggi/universitas disebut sebagai mahasiswa teladan.sebagai penghargaan atas prestasi mereka dalam belajar, uang beasiswa supersemar pun mereka terima setiap bulan dengan jumlah dan jangka waktu yang ditentukan.
Hadiah berupa uang beasiswa supersemar diberikan adalah untuk memotivasi anak didik/mahasiswa agar senantiasa mempertahankan prestasi belajar selama berstudi.
  1. Kompetisi
Kompetisi adalah persaingan, dapat digunakan sebagai alat motivasi untuk medorong anak didik agar mereka bergairah belajar. Bila iklim belajar yang kondusif terbentuk, maka setiap anak didik terlihat dalam kompetisi untuk menguasai bahan pelajarran yang diberikan. Selanjutnya, setiap anak didik sebagian individu melibatkan diri mereka masing-masing kedalam aktivitas belajar. Kondisi inilah yang dikehendaki dalam pendidikan modern, yakni cara belajar siswa aktif (CBSA), bukan catat buku sampai akhir pelajaran yang merupakan kepanjangan dari CBSA pasaran.
  1. Ego-Involvement
Menumbuhkan kesadaran kepada anak didik agar merasakan pentingnya tugas dan menerimanya sebagai suatu tantangan sehingga beklerja keras dengan mempertahankan harga diri, adalah sebagai salah ssatu bentuk motivasi yang cukup penting.
Seseorang akan berusaha dengan segenap tenaga untuk mencapai prestasi yang baik dengan menjaga harga dirinya. Penyelesaian tugas dengan baik adalah simbol kebanggaan dan harga diri. Begitu juga dengan anak didik sebagai subjek belajar. Anak didik akan belajar dengan keras bisa jadi karena harga dirinya.[15]
  1. Memberi Ulangan
Ulangan bisa dijadikan sebagai motivasi, anak didik biasanya mempersiapkan diri dengan belajar jauh-jauh hari untuk menghadapi ulangan. Oleh karena itu, ulangan merupakan strategi yang cukup baik untuk memotivasi anak didik agar lebih giat belajar.
Namun demikian, ulangan tidak selamanya dapat digunakan sebagai alat motivasi. Ulangan yang guru lakukan setiap hari dengan tak terprogram, hanya karena selera, akan membosankan anak didik.
Oleh karena itu, ulangan akan menjadi alat motivasi bila dilakukan secara akurat dengan teknik dan strategi yang sestematis dan terencana.
  1. Mengetahui Hasil
Mengetahui hasil belajar bisa dijadikan sebagai alat motivasi. Bagi anak didik yang menyadari betapa besarnya sebuah nilai prestasi belajar akan meningkatkan intensitas belajarnya guna mendapatkan prestasi belajar yang melebihi prestasi belajar diketahui sebelumnya. Prestasi belajar yang rendah menjadikan anak didik giat belajar untuk memperbaikinya. Sikap seperti itu bisa terjadi bila anak didik merasa rugi mendapat prestasi belajar yang tidak sesuai dengan harapan.

E.     Tindak lanjut pada penelitian dan pelatihan

Guru PAI cukup memiliki kompetensi keguruan, namun motivasi siswa dalam belajar PAI masih menunjukkan kurang optimal. Hal ini ditandai antara lain siswa belum menguasai materi yang diberikan akibat rendahnya perhatian dan keseriusan siswa dalam pembelajaran PAI. Keadaan ini pada akhirnya dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI.
Penelitian ini memiliki tujuan untuk memperoleh data tentang motivasi dalam pendidikan agama Islam
Penelitian ini berdasarkan kerangka pemikiran bahwa guru yang memiliki kompetensi akan dapat menciptakan proses pembelajaran yang lebih efektif, sehingga sedikit banyaknya akan mempengaruhi motivasi belajar siswa pada mata pelajaran PAI. Pada sisi lain, proses belajar dan hasil belajar siswa bukan saja ditentukan oleh sekolah, pola dan isi kurikulum, akan tetapi sebagian besar ditentukan oleh kompetensi guru yang mengajar dan membimbing mereka.
Langkah-langkah dalam penelitian ini mencakup sumber data teoritik dan empirik dengan teknik pengumpulan data berupa angket. Penentuan populasi. Analisis data dilakukan dengan menggunakan rumus statistik berupa prosentase, sedangkan penentuan korelasi antar variabel menggunakan rumus product moment. Setelah dilakukan perhitungan dan penafsiran data, kemudian dibuat kesimpulan penelitian.[16]





[1] Reiss, Steven (2000.hlm: 17-19)
[2] A. M. Sardiman (1994, Hal. 98)
[3] Reiss, Steven (2000.hlm: 29-31)
[4] Djamarah, Syaiful Bahri (2002, hlm: 77)
[5] http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/06/teori-teori-motivasi/
[6] Ibid.op.cip
[7] A. M. Sardiman (1994, Hal. 111)
[9] http://id.shvoong.com/business-management/management/1658520-tujuh-teori-motivasi/
[10] Reiss, Steven (2000.hlm: 175)
[11] A. M. Sardiman (1994, Hal. 122)

[12] Reiss, Steven (2000.hlm: 110)
[13] Ibid
[14] http://makalahdanskripsi.blogspot.com/2008/10/konsep-dan-teori-motivasi.html
[15] Wade, Carol; Tavris, Carol ( 2007) hal. 142-152
[16] http://udhiexz.wordpress.com/2008/08/13/motivasi-dan-bimbingan-dalam-belajar/




 




ALIRAN JABARIAH DAN QODARIAH

Hadits Rasulullah SAW yang beliau sabdakan:
Islam akan menjadi terbagi menjadi 73 golongan, satu golongan yang masuk surga tanpa di hisab”, sahabat berkata : siapakah golongan tersebut ya Rasulullah ?, Nabi bersabda : “ Ahlussunnah wal jama’ah“.

A.     ALIRAN JABARIYAH
Etimologi
Kata “Jabariyah” berasal dari kata bahasa arab “Jabara” yang artinya memaksa. Dan yang dimaksud adalah suatu golongan atau aliran atau kelompok yang berfaham bahwa semua perbuatan manusia bukan atas kehendak sendiri, namun ditentukan oleh Allah SWT. Dalam arti bahwa setiap perbuatan yang dilakukan oleh manusia baik perbuatan buruk, jahat dan baik semuanya telah ditentukan oleh Allah SWT dan bukan atas kehendak atau adanya campur tangan manusia.
Jabariah adalah pendapat yang tumbuh dalam masyarakat Islam yang melepaskan diri dari seluruh tanggungjawab. Maka Manusia itu disamakan dengan makluk lain yang sepi dan bebas dari tindakan yang dapat dipertanggungjawabkan. Dengan kata lain, manusia itu diibaratkan benda mati yang hanya bergerak dan digerakkan oleh Allah Pencipta, sesuai dengan apa yang diinginkan-Nya. Dalam soal ini manusia itu dianggap tidak lain melainkan bulu di udara dibawa angin menurut arah yang diinginkan-Nya. Maka manusia itu sunyi dan luput dari ikhtiar untuk memilih apa yang diinginkannya sendiri. Ini dapat diartikan pula bahwa manusia itu akhirnya tidak bersalah dan tidak berdosa, sebab ia hanya digerakkan oleh kekuatan atasan dimana ia tidak lain laksana robot yang mati, tidak berarti.

1.      Sejarah Jabariyah
Pendapat jabariah diterapkan di masa kerajaan Ummayyade (660-750 M). Yakni di masa keadaan keamanan sudah pulih dengan tercapainya perjanjian antara Muawiyah dengan Hasan bin Ali bin Abu Thalib, yang tidak mampu lagi menghadapi kekuatan Muawiyah. Maka Muawiyah mencari jalan untuk memperkuat kedudukannya. Di sini ia bermain politik yang licik. Ia ingin memasukkan di dalam pikiran rakyat jelata bahwa pengangkatannya sebagai kepala negara dan memimpin ummat Islam adalah berdasarkan “Qadha dan Qadar/ketentuan dan keputusan Allah semata” dan tidak ada unsur manusia yang terlibat di dalamnya.
2.      Awal Kemunculan Jabariyah
Golongan Jabariyah pertama kali muncul di Khurasan (Persia) pada saat munculnya golongan Qodariyah, yaitu kira-kira pada tahun 70 H. Aliran ini dipelopori oleh Jahm bin Shafwan, aliran ini juga disebut Jahmiyah. Jahm bin Shafwan-lah yang mula-mula mengatakan bahwa manusia terpasung, tidak mempunyai kebebasan apapun, semua perbuatan manusia ditentukan Allah semata, tidak ada campur tangan manusia.
Paham Jabariyah dinisbatkan kepada Jahm bin Shafwan karena itu kaum Jabariyah disebut sebagai kaum Jahmiyah, Namun pendapat lain mengatakan bahwa orang yang pertama mempelopori paham jabariyah adalah al-Ja’ad bin Dirham, dia juga disebut sebagai orang yang pertama kali menyatakan bahwa Al-Quran itu makhluq dan meniadakan sifat-sifat Allah. Disamping itu kaum Jahmiyah juga mengingkari adanya ru’ya (melihat Allah dengan mata kepala di akhirat). Meskipun kaum Qadariyah dan Jahmiyah sudah musnah namun ajarannya masih tetap dilestarikan. Karena kaum Mu’tazilah menjadi pewaris kedua pemahaman tersebut dan mengadopsi pokok-pokok ajaran kedua kaum tersebut. Selanjutnya ditangan Mu’tazilah paham-paham tersebut segar kembali. Sehingga Imam As-Syafi’i menyebutnya Wasil, Umar, Ghallan al-Dimasyq sebagai tiga serangkai yang seide itulah sebabnya kaum Mu’tazilah dinamakan juga kaum Qadariyah dan Jahmiyah.
Disebut Qadariyah karena mereka mewarisi isi paham mereka tentang penolakan terhadap adanya takdir, dan menyandarkan semua perbuatan manusia kepada diri sendiri tanpa adanya intervensi Allah.
Disebut Jahmiyah karena mereka mewarisi dari paham penolakan mereka yang meniadakan sifat-sifat Allah, Al-quran itu Makhluk, dan pengingkatan mereka mengenai kemungkinan melihat Allah dengan mata kepala di hari kiamat.
Berkaitan dengan hal ini, Ibnu Taimiyah mengatakan bahwa sebagai pengikut Mu’tazilah adalah Jahmiyah tetapi tidak semua Jahmiyah adalah Mu’tazilah, karena kaum Mu’tazilah berbeda pendapat dengan kaum Jahmiyah dalam masalah Jabr (hamba berbuat karena terpaksa). Kalau kaum Mu’tazilah menafikanya maka kaum Jahmiyah meyakininya.
3.      Pemimpin Penganut Jabariyah
1.      Ja’d Bin DirhamIa adalah seorang hamba dari bani Hakam dan tinggal di Damsyik. Ia dibunuh pancung oleh Gubernur Kufah yaitu khalid bin Abdullah El-Qasri.
Pendapat-pendapatnya :
    1. Tidak pernah Allah berbicara dengan Musa sebagaimana yang disebutkan oleh Alqur’an surat An-Nisa ayat 164.
    2. Bahwa Nabi Ibrahim tidak pernah dijadikan Allah kesayangan Nya menurut ayat 125 dari surat An-Nisa.
2.      Jahm bin ShafwanIa bersal dari Persia dan meninggal tahun 128 H dalam suatu peperangan di Marwa dengan Bani Ummayad.
Pendapat-pendapatnya:
    1. Bahwa keharusan mendapatkan ilmu pengetahuan hanya tercapai dengan akal sebelum pendengaran. Akal dapat mengetahui yang baik dan yang jahat hingga mungkin mencapai soal-soal metafisika dan ba’ts/dihidupkan kembali di akhirat nanti. Hendaklah manusia menggunakan akalnya untuk tujuan tersebut bilamana belum terdapat kesadaran mengenai ketuhanan.
    2. Iman itu adalah pengetahuan mengenai kepercayaan belaka. Oleh sebab itu iman itu tidak meliputi tiga oknum keimanan yakni kalbu, lisan dan karya. Maka tidaklah ada perbedaan antara manusia satu dengan yang lainnya dalam bidang ini, sebab ia adalah semata pengetahuan belaka sedangkan pengetahuan itu tidak berbeda tingkatnya.
    3. Tidak memberi sifat bagi Allah yang mana sifat itu mungkin diberikan pula kepada manusia, sebab itu berarti menyerupai Allah dalam sifat-sifat itu. Maka Allah tidak diberi sifat sebagai satu zat atau sesuatu yang hidpu atau alim/mengetahui atau mempunyai keinginan, sebab manusia memiliki sifat-sifat yang demikian itu. Tetapi boleh Allah disifatkan dengan Qadir/kuasa, Pencipta, Pelaku, Menghidupkan, Mematikan sebab sifat-sifat itu hanya tertentu untuk Allah semata dan tidak dapat dimiliki oleh manusia.
4.      Penolakan Terhadap Paham Jabariyah
Kelompok jabariyah adalah orang-orang yang melampaui batas dalam menetapkan takdir hingga mereka mengesampingkan sama sekali kekuasaan manusia dan mengingkari bahwa manusia bisa berbuat sesuatu dan melakukan suatu sebab (usaha). Apa yang ditakdirkan kepada mereka pasti akan terjadi. Mereka berpendapat bahwa manusia terpaksa melakukan segala perbuatan mereka dan manusia tidak mempunyai kekuasaan yang berpengaruh kepada perbuatan, bahkan manusia seperti bulu yang ditiup angin. Maka dari itu mereka tidak berbuat apa-apa karena berhujjah kepada takdir. Jika mereka mengerjakan suatu amalan yang bertentangan dengan syariat, mereka merasa tidak bertanggung jawab atasnya dan mereka berhujjah bahwa takdir telah terjadi.
Akidah yang rusak semacam ini membawa dampak pada penolakan terhadap kemampuan manusia untuk mengadakan perbaikan. Dan penyerahan total kepada syahwat dan hawa nafsunya serta terjerumus ke dalam dosa dan kemaksiatan karena menganggap bahwa semua itu telah ditakdirkan oleh Allah atas mereka. Maka mereka menyenanginya dan rela terhadapnya. Karena yakin bahwa segala yang telah ditakdirkan pada manusia akan menimpanya, maka tidak perlu seseorang untuk melakukan usaha karena hal itu tidak mengubah takdir.
Keyakinan semacam ini telah menyebabkan mereka meninggalkan amal shalih dan melakukan usaha yang dapat menyelamatkannya dari azab Allah, seperti shalat, puasa dan berdoa. Semua itu menurut keyakinan mereka tidak ada gunanya karena segala apa yang ditakdirkan Allah akan terjadi sehingga doa dan usaha tidak berguna baginya. Lalu mereka meninggalkan amar ma’ruf dan tidak memperhatikan penegakan hukum. Karena kejahatan merupakan takdir yang pasti akan terjadi. Sehingga mereka menerima begitu saja kedzaliman orang-orang dzalim dan kerusakan yang dilakukan oleh perusak, karena apa yang dilakukan mereka telah ditakdirkan dan dikehendaki oleh Allah.
Para ulama Ahlu Sunnah wal jamaah telah menyangkal anggapan orang-orang sesat itu dengan pembatalan dan penolakan terhadap pendapat mereka. Menjelaskan bahwa keimanan kepada takdir tidak bertentangan dengan keyakinan bahwa manusia mempunyai keinginan dan pilihan dalam perbuatannya serta kemampuannya untuk melaksanakannya. Hal ini ditunjukkan dengan dalil-dalil baik syariat maupun akal.
5.      Dalil-Dalil Al Qur’an
1.      Allah SWT berfirman, “Ítulah hari yang pasti terjadi. Maka barangsiapa yang menghendaki, niscaya ia menempuh jalan kembali kepada Tuhannya.” (QS. An Naba : 29)
2.      Firman Allah SWT : “Istri-istrimu adalah seperti tanah tempat kamu bercocok tanam, maka datangilah tanah tempat bercocok-tanammu itu sebagaimana saja kamu kehendaki. (QS. Al Baqarah : 223)
Fokus pengambilan dalil dari kedua ayat di atas, bahwa Allah SWT memberikan kebebasan kepada manusia untuk menempuh jalan yang dapat mengantarkannya menuju keridhaanNya. Allah juga memberikan mereka kebebasan untuk mendatangi istri-istri mereka pada tempat yang ditetapkan sekehendak mereka.
6.      Dalil-Dalil Dari As Sunnah
Rasulullah SAW bersabda : “Setiap orang diantara kalian telah ditetapkan tempat duduknya di surga atau di neraka.” Lalu mereka bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa kita tidak bersandar kepada Kitab kita dan meninggalkan usaha?” Beliau menjawab, “Berusahalah karena semua itu akan memudahkan untuk menuju apa yang telah ditakdirkan kepadanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
7.      Dalil-Dalil Dari Akal
Setiap orang tahu bahwa dirinya mempunyai kehendak dan kemampuan untuk mengerjakan keduanya sesuai dengan keinginannya dan meninggalkan apa yang diinginkannya. Dia bisa membedakan sesuatu yang terjadi karena keinginannya sendiri karena merasa bertanggungjawab terhadapnya dan sesuatu yang tanpa disengaja sehingga dia merasa lepas tanggung jawab terhadapnya. Seperti orang yang mimpi basah di siang bulan ramadhan, maka puasanya tidak batal karena hal itu terjadi karena bukan pilihan orang itu. Tetapi jika orang itu dengan sengaja melakukan onani sehingga keluar air mani, maka batallah puasanya karena hal itu terjadi akibat kehendak dan pilihannya.
“(Yaitu) bagi siapa diantara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus. Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam.” (QS. At-Takwir : 28-29)
Ayat tersebut menegaskan bahwa manusia mempunyai kehendak yang masuk dalam kehendak Allah SWT.
Imam Ahmad pernah ditanya oleh seseorang yang berkata bahwa Allah memaksa manusia atas semua perbuatan mereka. Beliau menjawab, “Kita tidak berpendapat demikian dan kami mengingkarinya.” Beliau berkata, “Allah menyesatkan siapa yang berkehendak dan memberikan petunjuk kepada siapa yang berkehendak..” Lalu datanglah kepadanya seorang lelaki seraya berkata, “Seorang laki-laki berkata, “Allah memaksa manusia untuk taat.” Beliau menjawab, “Alangkah buruknya apa yang dikatakannya.”
8.      Ciri – Ciri Ajaran Jabariyah
Diantara ciri-ciri ajaran Jabariyah adalah :
1.      Bahwa manusia tidak mempunyai kebebasan dan ikhtiar apapun, setiap perbuatannya baik yang jahat, buruk atau baik semata Allah semata yang menentukannya.
2.      Bahwa Allah tidak mengetahui sesuatu apapun sebelum terjadi.
3.      Ilmu Allah bersifat Huduts (baru)
4.      Iman cukup dalam hati saja tanpa harus dilafadhkan.
5.      Bahwa Allah tidak mempunyai sifat yang sama dengan makhluk ciptaanNya.
6.      Bahwa surga dan neraka tidak kekal, dan akan hancur dan musnah bersama penghuninya, karena yang kekal dan abadi hanyalah Allah semata.
7.      Bahwa Allah tidak dapat dilihat di surga oleh penduduk surga.
8.      Bahwa Alqur’an adalah makhluk dan bukan kalamullah.

Qadha dan Qadar Serta Makna Takdir Allah Menurut Jabariyah
Aliran Jabariyah berpendapat mengatakan segala sesuatu yang terjadi pada manusia atau jagad raya ini meupakan kehendak Allah semata tanpa peran serta sesuatu pun termasuk di dalamnya adalah perbuatan-perbuatan maksiat yang dilakukan oleh manusia. Aliran Jabariyah mengibaratkan bahwa perbuatan manusia tak ubah seperti dedanunan yang bergerak diterpa angin atau dalam ilustrasi yang sangat sederhana bisa dicontohkan bahwa aliran Jabariyah menggambarkan manusia bagaikan robot yang disetir oleh remote kontrol.
Perbuatan, Kehendak Manusia Dengan Qudrat Iradat Allah Menurut Jabariyah
Para Ulama Pengikut aliran Jabariyah, berpendapat bahwa semua perbuatan yang dilakukan oleh manusia merupakan kehendak dan ketetapan Allah. Manusia tidak mempunai peran atas segala perbuatannya. Perbuatan baik dan kejahatan yang dilakukan oleh manusia merupakan Qudrat dan Iradat (kekuasaan atau kehendak) Allah.
Ulama aliran Jabariyah mengesampingkan usaha dan ikhtiar manusia. Dengan kata lain manusia tidak mempunyai peran apa-apa atas kehendak dan perbuatannya, semuanya berdasarkan Qadha dan Qadar Allah, Kalau semua perbuatan manusia merupakan ketetapan dan kehendakan Allah mengapa manusia harus diberi pahala jika menjalani suatu kebaikan. Sebagaimana firman Allah dalam Al-Quran:
Artinya: ” Barangsiapa ta’at kepada Allah dan Rasul-Nya, Niscaya Allah memasukannya ke dalam surga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal didalamnya; dan itulah kemenangan yang besar”. (QS: 4: An-Nisa’: 13)
 Allah juga akan memberikan siksa kepada hambaNya yang selalu berbuat dosa artinya tidak mau ta’at kepada Allah dan rasul-Nya. Yakni tidak mau meninggalkan semua larangan-Nya dan tidak mau menjalankan semua perintah-Nya. Sebagaimana firman Allah:
Arinya: “Dan Barangsiapa yang mendurhakai Allah dan Rasul-Nya dan melanggar ketentuan-ketentuan-Nya, Niscaya Allah memasukkannya ke dalam api neraka sedang ia kekal di dalamnya; dan baginya siksa yang menghinakan”. (QS: 4: An-Nisaa’:14)
Dilihat dari sisi lain pendapat ‘Ulama Jabariyah kurang kuat karena: Untuk apa pula Allah memberi petunjuk, kabar gembira dan memberikan peringatan melalui para Rasul-Nya agar manusia dapat mengerti antara haq dan yang bathil sebagaimana firman Allah:
Artinya: “Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul melainkan sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan” (QS:18: Al-Kahfi: 56)
Dari beberapa Kutipan Ayat suci Al-Quran diatas maka pendapat ulama Jabariyah menjadi lemah. Sementara itu Yusuf Al Qardhawi memandang bahwa aliran Jabariyah hanya memandang satu sifat kekuasaan Allah dan tidak memandang keadilan dan kebijaksanaan-Nya; sehingga semua perbuatan yang dilakukan disandarkan pada takdir Allah. Dengan kata lain aliran Jabariyah menafikan fungsi dan peran Rasul Allah serta ancaman yang akan diberikan kepada pelanggar (durhaka) tatanan nilai Ilahiyah (syari’ah agama) dan pahala bagi para pelaksana (bertaqwa) tatanan nilai Ilahiyah (sayri’ah agama). Hal ini menurut Jalaluddin Ar-Rumi bahwa: Sekiranya manusia dalam keadaan terkekang seperti pendapat aliran Jabariyah, maka tidak mungkin jika dia dibebani perintah dan larangan, atau disuruh untuk menjalankan syari’at dan hukum Islam. Karena sesungguhnya Al-Qur’an itu berisikan perintah dan larangan.
Jabariah sebagai penolakan terhadap pandangan kaum qadariyah, munculnya kaum Jabariyah yang berpendapat bahwa perbuatan manusia itu baik dan buruk, semuannya berasal dari Allah. Jika perbuatan tersebut disebut sebagai perbuatan manusia, maka hal ini hanya kiasan saja. Seperti saat kita menyatakan bahwa sungai itu mengalir, padahal pada hakikatnya Tuhanlah yang mengalirkannya. Manusia menurut pandangan kaum Jabariyah tak ubahnya seperti bulu ayam yang bertebangan ditiup angin (karena itulah maka kaum Jabariyah dan kaum qadariyah dikatakan dua golongan yang satu sama lainnya saling bertolak belakang.
Berdasarkan keyakinan seperti ini maka kaum Jabariyah memiliki pandangan yang meniadakan sifat dan nama Allah, sementara Al-kalam (firman Allah) yang merupakan sifat Allah menurut pendapat mereka adalah hadis (sesuatu yang baru)
Aliran Qodariyyah adalah sebuah aliran sesat yang memiliki ciri khas pemahaman mengingkari adanya taqdir. Menurut Qodariyyah, selu-ruh kejadian di alam semesta ini terjadi dengan sendirinya sesuai kemau-an para pelakunya, tidak terikat sama sekali dengan taqdir Alloh.
Aliran Qodariyyah dicetuskan oleh Ma’bad bin Kholid Al-Juhani yang berasal dari Bashroh. Al-Imam Al-Auza’i berkata : “Orang yang per tama kali berbicara tentang Qodar adalah seorang penduduk Iraq yang di-panggil dengan nama Susan, dia adalah seorang Nashrani, kemudian ma-suk Islam, lalu kembali lagi menjadi Nashrani. Ma’bad Al-Juhani me- ngambil pemahaman ini darinya. Kemudian Ghoilan mengambilnya dari Ma’bad.”
Keberadaan Ma’bad Al-Juhani di Bashroh yang gencar menyebar kan pemahaman sesatnya ini menjadikan Al-Hasan Al-Bashri bangkit memperingatkan umat dari bahayanya, dia berkata : “Jangan kalian ber-majlis dengan Ma’bad, sesungguhnya dia sesat dan menyesatkan !”
Akhirnya Ma’bad Al-Juhani dibunuh oleh Al-Hajjaj, seorang gu-bernur dari Bani Umayyah yang terkenal sadis dan berdarah dingin.
Prinsip utama aliran Qodariyyah yaitu menolak keberadaan taqdir dan prinsip ini berakar dari pemahaman yang jelek terhadap Alloh ta’ala. Dalam pemahaman Qodariyyah diyakini bahwa setelah Alloh mencipta-kan alam semesta, Alloh tidak lagi kuasa mengendalikan alam semesta. Alam semesta ini berjalan menurut kemauannya sendiri. Kemudian pengi kut aliran Qodariyyah berselisih faham seputar hal ini dalam beberapa pendapat, yaitu :
? Ada segolongan penganut Qodariyyah yang meyakini bahwa kebai-kan berasal dari Alloh ta’ala, sementara keburukan hanya berasal da-ri diri pelakunya sendiri. Pemahaman ini sama dengan menganggap adanya dua pencipta yaitu pencipta kebaikan yaitu Alloh dan pencipta keburukan yaitu diri manusia sendiri. Padahal seluruh apa yang ada dan terjadi di alam ini hanyalah ciptaan Alloh ta’ala Pencipta satu-sa tunya. Dengan demikian, pemahaman ini sama saja menganggap Alloh memiliki saingan dalam mencipta, dan sama dengan mengang-gap Alloh tidak sempurna.
? Ada segolongan yang lainnya dari pengikut aliran Qodariyyah yang meyakini bahwa semua kebaikan dan keburukan adalah ciptaan pela-ku sendiri, dan Alloh tidak kuasa menciptakan apa pun dari kebaikan atau keburukan makhluk-Nya. Pemahaman ini sama dengan meyakini adanya dua pencipta pula, yaitu Alloh sebagai Pencipta alam semesta, dan makhluk adalah pencipta perbuatannya sendiri, yang baik mau-pun yang buruk. Pemahaman demikian sebenarnya sama dengan me-nganggap Alloh lemah, tidak mampu mengatur alam semesta yang te-lah Dia ciptakan.
? Segolongan penganut pemahaman Qodariyyah yang lainnya berpen-dapat bahwa setelah Alloh menciptakan makhluk, lalu Alloh mencip-takan kemampuan pada makhluk untuk berbuat sesuai kemauannya tanpa ada pengaturan lagi dari sisi Alloh. Pemahaman ini sama de-ngan meyakini bahwa setelah menciptakan alam semesta maka Alloh menganggur, tidak berbuat apa pun selain menonton kejadian yang terjadi di alam semesta.
Secara umum, seluruh sekte aliran Qodariyyah meyakini bahwa Alloh memiliki kekurangan dalam kekuasaannya, yaitu ketidakmampuan meng-atur alam secara mutlak. Karena makhluk menurut keyakinan kaum Qoda riyyah lebih kuasa mengatur dirinya daripada Alloh ta’ala.
Aliran Mu’tazilah yang juga mengadopsi faham Qodariyyah mem persamakan Alloh dalam kekuasaannya seperti Raja Konstitusional, yaitu seorang raja yang kekuasaannya dibatasi oleh undang-undang. Sehingga kekuasaan Alloh tidak lagi mutlak, alias ada kelemahan di beberapa sisi.
Pemahaman yang cenderung menghina Alloh Yang Maha Kuasa tersebut, menggiring aliran Qodariyyah meyakini bahwa ilmu Alloh pun tidak sempurna. Dalam keyakinan kaum Qodariyyah disebutkan bahwa Alloh tidak mengetahui suatu kejadian sebelum terjadinya. Bahkan seba-gian mereka sependapat dengan kaum filsafat bahwa Alloh tidak mengeta hui perihal kejadian yang rinci yang ada di alam semesta.
Demikian pemahaman Qodariyyah yang dengan disadari atau pun tidak oleh pengikutnya, mereka telah menghina Alloh ta’ala.
Ada pun kebalikan dari aliran Qodariyyah adalah aliran Jabariy- yah yang dicetuskan oleh Al-Jahm bin Sofwan. Aliran ini menetapkan ke beradaan taqdir namun secara berlebih-lebihan, yaitu mengatakan bahwa semua kejadian di alam ini adalah perbuatan Alloh. Sehingga dalam keya kinan mereka, manusia hanyalah golekan atau wayang yang dikendalikan oleh dalangnya. Kebaikan maupun keburukanyang dilakukan oleh gole- kan atau wayang tersebut pada hakekatnya adalah Alloh pelakunya. Se-hingga mereka menyatakan : ”Jangan kamu puji orang yang berbuat ke-baikan karena sesungguhnya yang berbuat kebaikan hanyalah Alloh sema ta ! Dan jangan kami cela orang yang berbuat kejelekan karena sebenar- nya yang berbuat kejelekan itu hanyalah Alloh !” Perhatikan, betapa peng hinaan aliran Jabariyyah ini terhadap Alloh !
Dalam pemahaman Jabariyyah disebutkan bahwa seluruh manu-sia dalam keta’atan kepada Alloh, yaitu keta’atan kepada taqdir Alloh. Se hingga dalam kaca mata orang Jabariyyah, seorang yang mencuri, berzi-na, berjudi dan melakukan berbagai kemaksiatan lainnya pun sedang me-lakukan keta’atan kepada Alloh, yaitu sedang melaksanakan kepatuhan kepada kehendak Alloh. Bahkan orang yang melakukan kesyirikan dan kekafiran pun dalam rangka ta’at kepada kehendak Alloh. Sehingga defi-nisi Iman menurut aliran Jabariyyah adalah cukup hanya dengan menge-nal Alloh sebagai Tuhan semesta alam.
Kita dapat menimbang di sini bahwa aliran Qodariyyah sesat kare na berlebihan menetapkan adanya ikhtiar pada manusia hingga menolak keberadaan taqdir Alloh, sementara aliran Jabariyyah sesat karena berlebi han menetapkan taqdir sampai meniadakan adanya ikhtiar pada manusia. Ada pun Ahlus Sunnah wal-Jama’ah yang mengikuti pemahaman para as Salafush-Sholih beriman dengan taqdir tanpa mengingkari adanya ikhtiar
Bila aliran Qodariyyah menghina Alloh dengan tidak mengakui kekuasaan dan ilmu Alloh yang mutlak, maka aliran Jabariyyah menetap-kan kekuasaan dan ilmu Alloh yang mutlak secara berlebihan tidak pada arah yang semestinya, sehingga berujung pula kepada penghinaan terha-dap Alloh ta’ala. Sementara itu Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah As-Salafiy-yun menetapkan kehendak dan ilmu Alloh secara mutlak, namun tetap pa da arah yang semestinya, tidak berlebih-lebihan.
Pemahaman sesat aliran Qodariyyah kemudian diadopsi oleh ali-ran Mu’tazilah dan ’Aqlaniyyah ( kaum rasionalis ). Lantas mereka bersi-keras untuk menghapus Rukun Iman yang keenam, yaitu Iman kepada Taqdir. Mereka menuding beriman kepada taqdir menyebabkan kemundu ran umat Islam. Golongan Maturidiyyah aliran Samarkand juga cende-rung kepada pemahaman Qodariyyah.
Sementara pemahaman Jabariyyah banyak diadopsi oleh berbagai Thoreqot Shufiyyah. Bahkan pemahaman yang lebih ekstrim lagi dimun-culkan oleh Ibnu ’Arobi As-Shufi dengan pemahaman Wihdatul-Wujud yang lebih kafir daripada kekafiran agama Yahudi dan Nashrani. Bebera-pa golongan lainnya, seperti Asy’ariyyah dan Maturidiyyah aliran Bukhoro cenderung pula kepada pemahaman Jabariyyah. 





Muhammad Nafis Al-Banjari
A.     Muhammad Nafis Al-Banjari
1.      Sejarah Hidupnya
Nama lengkap Al-banjari adalah Syeikh Muhammad Nafis bin Idirs bin Husein Al-Banjari. Dia lahir pada 1148/1735 di Martapura dari keluarga bangsawan benjar. Pendidikan awalnya ditempuh di kampung halamannya lalu melanjutkan ke Mekkah tokoh ini merupakan tokoh tasawuf dario Kalimantan Selatan, terkenal dengan bukunya Al-Durr al-Nafis yang beredar luas di Nusantara.
2.      Perkembangan  Tasawufnya
Muhammad Nafis seperto kebanyakan ulama Melayu Indonesia bermashab  syafi’i dan berteologi Asy’ari. Dia adalah ahli kalam dan tasawuf, karnyanya Al-Durr al-Nafis menekankan transcendental mutlak dan keesaan tuhan (Mulyati, 2006: 14)
Muhammad Nafis berafiliasi dengan beberapa thariqat yaitu thariqat qadariyah,  thariqat naqhsabandiyah thariqat samaniyah. Dia berusaha membersihkan diri zhahirnya dan batinnya dengan  rajin mengamalkan sekalian thariqat tersebut dengan seksama dan tekun. Guru-guru Nafis antara lain:
a.       Syeikh Abdullah bin Hijazi As Syaiqawi
b.      Syeikh Muhammad bin Abdul Karim Saman Al Madani
c.       Syeikh Abdul Rahman bin Abdul Aziz Al Maqhribi
d.      Syeikh Muhammad bin Ahmad Al Jauhari
Setelah dia diakui oleh semua gurunya bahwa dia diizinkan mengajarkan ilmu-ilmu batin dengan beberapa thariqat yang telah dianggap dia sebagai seorang “Syaikh” maka Muhammad Nafis pergi ke Kalimantan dan mencurahkan perhatiannya untuk mengembangkan Islam di pedalaman Kalimantan Selatan. Muhammad Nafis mengajak manusia mentauhitkan Allah dengan empat tahap, yaitu:
1.      Tauhid al-af’al (keesaan perbuatan tuhan)
2.      Tauhid al-asma’
3.      Tauhid al-sifat
4.      Tauhid al-Dzat (mentauhidkan zat Allah) (Abdulah, 1930:109)
Nafis percaya bahwa dzat tuhan tidak dapat diketahui melalui panca Indra dan akal melainkan hanya dengan kasyaf (intuisi langsung) orang akan mampu menangkap dzat tuhan dan menekankan pentingnya kepatuhan kepada syariat baik lahir maupun batin untuk mencapai tahap kasyaf, mustahil bagi seorang mencapai tahap itu tanpa menguatkan daya spiritualnya dengan cara menjalankan ibadah dan kewajiban lain yang ditetapkan dalam syariat (Mulyati, 2006: 115).

B.     Syeikh Yusuf A-Makassari
1.      Sejarah Hidup
Syeikh Yusuf al-makassari adalah seorang sufi agung yang berasal dari Sulawesi. Dia dilahirkan pada tanggal 08 syawal 1036 atau bersamaan dengan 03 Juli 1629 M, ketika Sulawesi baru kedatangan tiga orang penyebar Islam, yaitu datuk Ri Bandang dan teman-temannya, naluri fitrah pribadi syeikh Yusuh sejak kecil telah timbul kecintaannya pada pengetahuan keislaman. Dalam waktu yang singkat, dia telah mempelajari Al-quran30 juz (Solihin, 2000: 183).
2.      Perkembangan Tasawuf
Al-Makassari seorang ulama yang luar biasa, terutama adalah seorang sufi, juga seorang mujadid dalam sejarah Islam Nusantara. Tasawufnya tidak menjauhkan dari masalah-masalah keduiniawian, ajaran dan amalan-amalannya menunjukkan aktivitas yang berjangkauan luas. Dia banyak memainkan peranan politik di Banten, bahkan memimpin perlawanan terhadap Belanda setelah  Sultan Ageng Tirtayasa tertangkap.
Konsep utama tasawuf al-makassari adalah pemurnian kepercayaan (aqidah) pada keesaan Tuhan, ini merupakan usahanya dalam menjelaskan transendensi Tuhan atas ciptaan-Nya. Dengan mengutif surat Al-ikhlas dan ayat Al-quran lain yang mengatakan bahwa tidak ada yang dapat diperbandingkan dengan-Nya, al-Makassari menekankan keesaan Tuhan (tauhid).
Meskipun berpegang teguh pada transendensi Tuhan, Al-Makassari percaya tuhan itu mencakup segalannya (al-ahathah)Nya. Dengan konsep al-ahatha dan al-ma’iyyah tuhan turun (tanazzul) sementara manusia naik (taraggi) suatu proses spiritual yang membawa keduanya semakin dekat. Al-makassari mengemukakan ada tiga tingkatan orang yang dapat mendekati Tuhan yaitu:
a.       Akhyar (orang-orang terbaik) yaitu orang yang menjalankan banyak shalat, membaca Al-quran dan hadist
b.      Mujahidad al syaka (orang-orang yang berjuang melawan kesulitan)
c.       Zikir (ahl al-dzikir) yaitu orang yang mencapai Tuhan baik lahir maupun batin.
Al-Makassari dikenal di Sulawesi dengan gelar kehormatan Al-taj al-khalwati “mahkota tarekat khalwatinyyah”. Dialah orang pertama   yang memperkenalkan tarekat di Indonesia. Di Sulawesi tarekat ini dihubungkan dengan namanya melalui si buta Al-Makassari ketika di Banten mulai mengajarkan taretatnya di kalangan istana banter serta kalangan prajurit yang berasal dari  Sulawesi Selatan.
3.      Karier intelektual syeikh Yusuf al-Makassar
Syeikh Yusuf al-makassar menuju Yaman, di sana dia menerima ijazah tareka naqsyabandiyyah dari syeikh Abdul Mumammad bin abd al-baqi (q.1072/1662). Kemudian dia bermukim beberapa tahun di yaman untuk mempelajari ilmu tarekat tersebut. Lalu syeikh Yusuf melakukan perjalanan ke Damaskus, sebuah pusat pengetahuan Islam penting lainnya di Timur Tengah. Setelah belajar di Damaskus, Syeikh Yusuf Makassar dikatakan melanjutkan perjalanannya ke Istanbul. Menurut sumber-sumber Gowa, sementara dia berada di Mekkah, Syeikh Yusul Al-Makassar sudah mulai mengajar, seperti dapat tasawuf diduga, kebanyakan muridnya berasal dari wilayah Melayu-Indonesia (Mulyati, 2000: 151).

C.     Abd Al-Shamad Al-Palimbani
1.      Sejarah Hidupnya
Abd al-Shamad adalah putra syekh Abdul Jalil ibn syekh Abdul Wahab ibn syekh Ahmad al-Mahdani dari Yaman, Al-Palimbani lahir di Palembang sekitar tiga atau empat tahun setelah 1112 H. Menurut kitabnya, sair al salikin baru ditulisnya tahun 1192H/1779M, ketika ia berusia sekitar 75 tahun.
Pada tahun 1178H/1764 M ia menulis kitabnya yang tertama, tentang ilmu tauhid yaitu Zuhrad al-Murid fi Bayan kalimat tauhid  yang berisi tentang ringkasan kuliah-kuliah tauhid yang diberikan di Masjidil Haram oleh Ahmad ibn Abd al-Mun’im al-Damanhuri di Mesir.
Sesungguhnya yang menjadi pemikiran al-Palimbani ketika itu tampaknya bukan masalah agama saja, tetapi juga perkembangan politik kolonial barat yang ketika itu melanda negeri-negeri Islam, yang mungkin menggugah buah pikirannya juga. (Mulyati, 2006: 106).
Disamping keterlibatannya dengan persoalan tanah airnya, sebagai seorang muslim terpelajar yang tinggal di Mekkah, pusat dunia Islam yang setiap tahunya menjadi pusat pertemuan umat Islam dari seluruh dunia itu adalah suatu hal yang wajar pula kalau al-Palimbani mengikuti juga perkembangan politik dunia Islam pada masa itu.
Masalah perang suci atau “perang sabil” adalah suatu hal yang merupakan spesialisasi al-Palimbani. Bagidia inilah satu-satunya jalan yang harus ditempuh oleh umat Islam yang menyelamatkan negeri mereka dari bahaya kolonialisme yang telah mencengkram itu.
Tetapi persoalan kaum muslimin Indonesia yang mungkin dipandangnya lebih besar adalah persoalan agama, ia selalu berhubungan dengan jama’ah haji dan penuntut ilmu yang datang dari seluruh kepulauan Indonesia. Nampaknya ia mendapat kesan bahwa tasawuf adalah bentuk ajaran agama yang paling disenangi di Indonesia, tetapi dalam ha itu pula kaum muslimin di sana sering tersesat, sehingga ia terpanggil untuk menerjemahkan kitab-kitab tasawuf yang dianggapnya dapat memberikan bimbingan yang benar dan efektif bagi para penggemar tasawuf yang belum memiliki dasar agama yang kuat. (Mulyati, 2006: 109).
Tasawuf nampaknya bidang spesialisasi al-Palimbani meskipun pelajaran tasawuf yang diberikan di Masjidil  Haram itu hanya karangan Al-ghazaki Snia, namun ia dapat menyebut sekitar seratus judul kitab tasawuf dan mengklasifikasikannya menurut isi kitab ini masing-masing.
Kecenderungan Al-Palimbani ke jurusan ini, mungkin akibat dari pengalamannya masa kecil dalam masa pertama dari abad ke-18 M, tasawuf mungkin adalah pelajaran agama yang paling disenangi di Palembang, sehingga menurut salah seorang penulis Palembang ketika itu sudah banyak yang tersesat. Sehingga kitab-kitab para sufi  yang dipelajari di Palembang disebut juga syair al-salikin.
2.      Karya-karya Abd Al-Shamad Al-Palimbani
a.       Hidayat al-salikin fisuluk maslak al-muttaqin (ditulis 1192/1778)
b.      Shiratul Murid (zuhratul murid) fi bayaani kalimatik tauhid (Abdullah, 1930: 93)
c.       Zad  Al-muttaqin fi tauhdi rab Al-‘alamin
d.      Nasihat Al-Muslimin wa Tadzikirab al-mu’minin fi fadail al-jihad fi sabilillah wa karamat al-mudahidin fi sabilillah (Mulyati, 2006: 113)
Dalam kitab Hidayat  al-salikin tasawuf dan syariat berjalan parallel, walaupun tasawuf adalah menjadi tujuan utama al-palimbani hal yang serupa di buat juga dakam karangannya “siyarus salikiin” yang sebagian kandungannya dipetik dari  ihyaa’u ulumuddin. Kupasan yang dibuat dalam siyarus salikiin jauh lebih mendalam dari pada hidayat. Al-salikin dan dalam beberapa tempat terdapat beberapa pendapat-pendapat aliran tasawuf ekstrim, syeikh Abdus Shamad nampaknya tidak membantah aliran tasawuf syeikh Hamzah  al fansuri dan syeikh syamsuddin as Sumtrani, ini dicantumkannya nama-nama kitab yang sehaluan dengan itu yang beliau anggap kitab tasawuf yang tinggi nilainya di antara tulisan  beliau dalam perkara ini seperti berikut:
Ilmu tasawuf yang memberi manfaat bagi muntahi (orang yang telah sampai mengetahui ilmu haqiqat).  Haqiqat yaitu orang yang arifin yang mempunyai ruh yang telah dibukakan oleh Allah SWT hati mereka itu akan “ilmu ladunni” dan dengan “haqqul yaqin” dan seperti yang bernama “mawaqi-un nujum” karangan Saidi AS syekh Muhyiddin Ibnu Al Arabi.
Sangat banyak perkara penting yang ditulisnya di dalam siyarus salikin itu, mulai jilid pertama hingga jilid keempatnya jika di pelajari dengan seksama dapat memperkaya mental, dapat perbandingan antara jalan syari’at dan haqiqat.











PENGAMATAN

A.     Pengertian perhatian
Perhatian adalah pemrosesan secara sadar sejumlah kecil informasi dari sejumlah besar informasi yang tersedia. Informasi didapatkan dari penginderaan, ingatan maupun proses kognitif lainnya. Proses atensi membantu efisiensi penggunaan sumberdaya mental yang terbatas yang kemudian akan membantu kecepatan reaksi terhadap rangsang tertentu.

B.     Macam-macam perhatian
1.      Perhatian selektif (Selective Attention)
Perhatian selektif terdapat pada situasi dimana seseorang memantau beberapa sumber informasi sekaligus. Penerima informasi harus memilih salah satu sumber informasi yang paling penting dan mengabaikan yang lainnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi perhatian selektif adalah harapan, stimulus, dan nilai-nilai. Penerima informasi mengharapkan sebuah sumber tertentu menyediakan informasi dan memberikan perhatian lebih pada sumber tersebut, memilih stimulus yang paling memberikan efek atau terlihat dibanding yang lain, dan memilih sumber informasi yang paling penting.
2.      Perhatian terfokus (Focused Attention)
Perhatian terfokus mengacu pada situasi dimana seseorang diberikan beberapa input namun harus fokus pada satu input saja selama selang waktu tertentu. Penerima informasi berfokus pada satu sumber/input dan tidak terdistraksi oleh gangguan-gangguan lain. Faktor yang berpengaruh terhadap perhatian terfokus adalah jarak dan arah, serta gangguan dari lingkungan sekitar. Penerima informasi akan lebih mudah menerima informasi dari sumber yang berada langsung di depannya.
3.      Perhatian terbagi (Divided Attention)
Perhatian terbagi terjadi ketika penerima informasi diharuskan menerima informasi dari berbagai sumber dan melakukan beberapa jenis pekerjaan sekaligus.
4.      Perhatian yang terus menerus (Sustained Attention)
Perhatian terus menerus dilakukan penerima informasi yang harus melihat sinyal atau sumber pada jangka waktu tertentu yang cukup lama. Dalam situasi ini sangat penting bagi penerima informasi untuk mencegah kehilangan sinyal.
5.      Kurang perhatian (Lack of Attention)
Kurang perhatian merupakan situasi dimana penerima informasi tidak berkonsentrasi terhadap pekerjaannya. Situasi ini disebabkan oleh kebosanan/kejenuhan dan kelelahan. Ciri-ciri pekerjaan yang dapat menimbulkan situasi kurang perhatian adalah pekerjaan dengan siklus pendek, sedikit membutuhkan pergerakan tubuh, lingkungan yang hangat, kurangnya interaksi dengan pekerja lain, motivasi rendah, dan tempat kerja memiliki pencahayaan yang buruk.

C.     Objek yang menarik perhatian
a.       Objek yang bergerak
Dalam hal ini perhatian akan terjudu pada objek yang bergerak jika diantara banyak objek ada satu objek yang bergerak maka akan memancing perhatian pada objek tersebut
b.      Objek yang berbeda dari yang lain
Perbedaan suatu objek dengan objek yang lain akan mempengaruhi perhatian misalnya ada burung di padang rumput maka yang akan menjadi objek perhatian adalah burung tersebut
c.       Warna objek
Warna objek juga sangat mempengaruhi perhatian dikarenaka seseorang akan melihat warna yang berbeda dan kas dari suatu objek itu
d.      Tempar objek berada
Keberadaan suatu objek misalnya diatas genteng ada suatu objek maka itu akan menjadi perhatian dari pada objek yang berada di tempat lain


PENGAMATAM


A.     Pengertian Pengamatan
Pengamatan adalah aktivitas yang dilakukan makhluk cerdas, terhadap suatu proses atau objek dengan maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari sebuah fenomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah diketahui sebelumnya.


INGATAN

A.     Pengertian dan Proses Ingatan
Ingatan atau sering disebut memory adalah sebuah fungsi dari kognisi yang melibatkan otak dalam pengambilan informasi.Ingatan akan dipelajari lebih mendalam di psikologi kognitif dan ilmu saraf.
Ingatan juga dipandang sebagai suatu hubungan antara pengalaman dengan masa lampau. Apa yang telah diingat adalah hal yang pernah dialami, pernah dipersepsinya, dan hal tersebut pernah dimasukkan kedalam jiwanya dan disimpan kemudian pada suatu waktu kejadian itu ditimbulkan kembali dalam kesadaran.
Adapun proses ingatan adalah sebagai beriku:
Encoding, proses dan penggabungan informasi yang diterima. Penyimpanan
Penciptaan catatan permanent dari informasi yang telah diencode. Pengambilan
Memanggil kembali informasi yang telah disimpan untuk digunakan dalam suatu proses atau aktifitas. Seseorang yang memasukkan sesuatu dalam ingatannya, akan melewati beberapa tahapan.

B.     Jenis-jenis ingatan

a.       Ingatan eksplisit

Ingatan eksplisit meliputi penginderaan, semantik, episodik, naratif, dan ingatan otobiografi. Kegunaan dari ingatan eksplisit adalah untuk informasi sosial dan identitas, penggambaran otobiografi, aturan sosial, norma, harapan. Beberapa ciri dari ingatan eksplisit adalah :
·         Berkembang belakangan / bias kortikal
·         Bias hemisfer kiri
·         Hippocampal / dorsal lateral
·         Memiliki konteks atau sumber ingatan yang jelas

b.      Ingatan implisit

Ingatan implisit meliputi penginderaan, emosi, ingatan prosedural, pengkondisian rangsang - respon. Kegunaan dari ingatan implisit adalah tempat skema kelekatan, transference, dan super ego. Beberapa ciri dari ingatan implisit adalah :
·         Berkembang lebih awal / bias subkortikal
·         Bias hemisfer kanan
·         Berpusat pada Amigdala
·         Bebas dari konteks atau tidak memiliki sumber atribusi atau pelabelan

c.       Ingatan Jangka Pendek

Ingatan jangka pendek merujuk kepada berapa banyak item atau data disimpan dalam satu masasetakat mana seseorang dapat memberi penumpuan secara sedar dalam masa pendek. Ia mempunyai kadar lupaan yang cepat tanpa latihan. Biasanya, maklumat-maklumat yang disimpan di dalamnya boleh hilang dalam masa kurang daripada 30 saat, malah kadang-kala lebih cepat lagi. Cara yang biasa digunakan untuk mengatasi masalah ini ialah melalui latihan dengan mengulangi maklumat yang diterima beberapa kali. Dua fungsi utamanya ialah untuk mengekalkan maklumat dalam ingatan jangka pendek dan membantu manusia memindahkan maklumat daripada ingatan jangka pendek ke ingatan jangka panjang.

d.       Ingatan Jangka Panjang

Ingatan jangka panjang ialah apa yang dimaksudkan oleh orang ramai apabila mereka bercakap tentang ingatan. Ia sering merupakan sasaran yang memerlukan pambaikian melalui teknik teknik atau kaedah-kaedah memperbaiki ingatan.

e.       Ingatan prosedural

(Ingatan motoris), ingatan yang disimpan setelah kita melakukan kegiatan seperti belajar..

f.         Ingatan refleksif

Ingatan yang mendasar dan ingtan ini yang membuat manusia bertahan hidup.

g.       Ingatan Emosional

Terkait dengan semua informasi yang terkait yang di simpan di dalam kotak sebagai akibat stimulasi indriawi.

h.       Ingatan semantik

Yang termasuk ingatan ini adalah semua hal yang terkait pengetahuan akademis dan pengetahuan atau gagasan2.

i.         Ingatan Episodik

Ingatan ini dipicu karena tempat, lingkungan, sebagai konteks pemicunya adalah hal atau suatu peristiwa.

j.          Ingatan Lampu kilat.

Ingatan yang terjadi sangat kuat,,contoh seperti kejadian yang mengundang emosi atau hal-hal yang mengejutkan

C.     Sifat-sifat Ingatan
  1. Cepat : mudah dalam menerima materi.
  2. Luas : mampu menyimpan materi ingatan dalam jumlah banyak.
  3. Kuat : mampu menyimpan materi ingatan dalam waktu lama.
  4. Setia : mampu menyimpan materi ingatan dgn baik.
  5. Siap : mampu menimbulkan kembali materi ingatan dengan mudah/cepat.

D.    Metode untuk meningkatkan Ingatan
1.      Latihan Ingatan
2.      Latihan fisik
3.      Kurangi stres
4.      Olah raga
5.      Reflesing
6.      Banyak istirahat

LUPA

A.     Pengertian Lupa
Lupa (forgetting) ialah hilangnya kemampuan untuk menyebut atau memproduksi kembali apa-apa yang sebelumnya telah kita pelajari. Gulo (1982) dan Reber (1988) mendefinisikan lupa sebagai ketidakmampuan mengenal atau mengingat sesuatu yang pernah dipelajari atau dialami. Jadi lupa bukanlah peristiwa hilangnya item informasi dan pengetahuan dari akal kita.

B.     Proses terjadinya lupa
Peroses terjadinya lupa terjadi ketika seseorang mengalami lupa terhadap informasi yang masuk tidak mendapat perlakuan sebagaimana mestinya. Lupa dapat merupakan proses yang masih normal (fisiologis), tapi dapat pula menjadi proses yang abnormal (patologis). Ada beberapa macam bentuk lupa, yakni mudah lupa (forgetfulness), amnesia, dan demensia. Mudah lupa terjadi bilamana informasi yang diterima berhasil melalui proses normal dan akhirnya tersimpan di dalam memori jangka panjang.
Mudah lupa dapat terkait dengan penambahan usia yang sering dihubungkan dengan inefisiensi proses memori, seperti proses berpikir menjadi lamban, kurang menggunakan strategi memori yang baik, kesulitan memusatkan perhatian dan mengabaikan distraktor, membutuhkan waktu lebih lama untuk mempelajari sesuatu yang baru, dan lebih banyak dibutuhkan isyarat untuk mengingat kembali informasi yang telah tersimpan. Mudah lupa akan semakin berat jika menyerang manula dan disebut sebagai age-associated memory impairment (AAMI).
Pada amnesia, informasi hanya sampai di memori jangka pendek. Dengan kata lain, terjadi kegagalan atau kesulitan belajar yang berarti sudah bersifat patologis. Namun, perhatian terhadap informasi yang masuk, mengingat kembali informasi yang sudah lama, fungsi kognisi, bahasa, dan kepribadian masih berjalan dengan normal. Hanya proses penerusan informasi dari memori jangka pendek ke memori jangka panjang yang gagal sehingga informasi baru tersebut tidak dapat diingat kembali. Sedangkan demensia gangguan yang paling berat. Informasi sama sekali tidak dapat masuk dalam proses memori.


C.     Teori penyebab lupa
1.      Decay Theory: Teori ini menjelaskan bahwa lupa disebabkan karena memori menjadi semakin aus dengan berlalunya waktu. Selain itu memori juga bisa aus bila tidak digunakant (tidak diulang kembali).
2.      Interfence Theory: Informasi yang telang disimpan di dalam long term memory terganggu oleh informasi lain sehingga kita mengalami kesulitan untuk memanggil kembali informasi tersebut.
3.      Retrieal Failure: Kegagalan untuk mengingat, mungkin terjadi karena tidak adanya petunjuk yang memadai.
4.      Motivated Forgetting Theory: Manusia memang cenderung melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan. Hal ini berkaitan dengan penjelasan defensif mechanism manusia yang dipaparkan oleh Sigmund Freud.
5.      Gangguan Fisiologis: Setiap penyimpanan informasi selalu disertai dengan berbagai perubahan fisik otak yang disebut dengan enggram. Gangguan pada enggram akan mengakibatkan lupa pada manusia.



EMOSI

A.     Pengertian Emosi
Emosi adalah perasaan intens yang ditujukan kepada seseorang atau sesuatu. Emosi adalah reaksi terhadap seseorang atau kejadian. Emosi dapat ditunjukkan kerika merasa senang mengenai sesuatu, marah kepada seseorang, ataupun takut terhadap sesuatu.

B.     Timbulnya emosi

a.       Kepribadian

Kepribadian memberi kecenderungan kepada orang untuk mengalami suasana hati dan emosi tertentu, contohnya beberapa orang merasa bersalah dan merasakan kemarahan dengan lebih mudah dbandingkan orang lain, sedangkan orang lain mungkin merasa tenang dan rileks dalam situasi apa pun.[4] Intinya, beberapa orang memiliki kecenderungan untuk memiliki emosi apa pun secara lebih intens atau memiliki intensitas afek (perbedaan individual dalam kekuatan di mana individu-individu mengalami emosi mereka) tinggi.

b.      Hari dalam seminggu dan waktu dalam sehari

Orang-orang cenderung berada dalam suasanan hati terburuk di awal minggu dan berada daam suasana hati terbaik di akhir minggu.

c.       Cuaca

Cuaca memiliki sedikit pengaruh terhadap suasana hati. Seorang ahli menyimpulkan, "Berlawanan dengan pandangan kultur yang ada, data ini menunjukkan bahwa orang-orang tidak melaporkan suasana hati yang lebih baik pada hari yang cerah atau sebaliknya.

d.      Stres

Sebuah penelitian menghasilkan pernyataan, "Adanya peristiwa yang terus-menerus terjadi yang menimbulkan stres tingkat rendah menyebabkan para pekerja mengalami tingkat ketegangan yang semakin lama seiring berjalannya waktu semakin meningkat.

e.       Aktivitas sosial

Orang-orang dengan suasana hati positif biasanya mencari interaksi sosial dan sebaliknya, interaksi sosial menyebabkan orang-orang mempunyai suasana hati yang baik. Jenis aktivitas sosial juga berpengaruh. Penelitian mengungkap bahwa aktivitas sosial yang bersifat fisik, informal, atau Epicurean lebih diasosiasikan secara kuat dengan peningkatan suasana hati yang positif dibandingkan dengan kejadian-kejadian formal atau yang bersifat duduk terus-menerus.

f.        Tidur

Kualitas tidur mempengaruhi suasana hati. Para sarjana dan pekerja dewasa yang tidak memperoleh tidur yang cukup melaporkan adanya perasaan kelelahan yang lebih besar, kemarahan, dan ketidakramahan. Satu dari alasan mengapa tidur yang lebih sedikit, atau kualitas tidur yang buruk, menempatkan orang dalam suasana hati yang buruk karena hal tersebut memperburuk pengamnbilan keputusan dan membuatnya sulit untuk mengontrol emosi.

C.     Fungsi emosi dalam kehidupan
Dalam ”The Expression of the Emotions in Man and Animals”, Charles Darwin menyatakan bahwa emosi berkembang seiring waktu untuk membantu manusia memecahkan masalah. Emosi sangat berguna karena ‘memotivasi’ orang untuk terlibat dalam tindakan penting agar data bertahan hidup–tindakan-tindakan seperti mengumpulkan makanan, mencari tempat berlindung, memilih pasangan, menjaga diri terhadap pemangsa, dan memprediksi perilaku. Emosi sangat berpengaruh terhadap tingkah laku manusia.

D.    Usaha pengendalian
g.       Introspeksi diri (melihat ke dalam diri). Apa penyebabnya sehingga Anda sampai marah atau jengkel? Pada dasarnay emosi tidak disebabkan oleh suatu peristiwa atau rangsangan (stimulus), tapi lebih oleh sikap dan tanggapan Anda terhadap peristiwa tersebut.
h.       Duduklah jika Anda sedang emosi dalam keadaan berdiri. Dengan duduk, emosi akan sedikit menurun dan ruang gerak fisik menjadi terbatas.
i.         Minum air putih. Air dapat mendinginkan kondisi tubuh yang sedang panas (marah). Tensi atau tekanan kemarahan akan berangsur-angsur turun dengan minum air putih tersebut.
j.        Sadari akibat dari emosi yang tidak terkontrol atau terkendali. Emosi (kemarahan) yang membabi buta akan berakibat buruk, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.
k.      Lakukanlah kerja fisik yang bermanfaat. Salurkan emosi itu, misalnya denan berolahraga.
l.         Tuangkan kekesalan, kejengkelan, atau kemarahan dalam bentuk tulisan. Dengan menuliskan penyebab timbulnya emosi akan tampak hal-hal yang mempengaruhi dan menimbulkan emosi tersebut.
m.     Marahlah secara wajar dan terkontrol sebagai wahana untuk mengungkapkan tekanan atau beban batin yang bertumpuk.